Hidangan di Hari Raya Lebaran

11 komentar
Idul Fitri

Hari raya Idulfitri menjadi momen yang luar biasa bagi umat Islam. Ia adalah salah satu dari dua hari raya besar selain Iduladha.

Keistimewaan Idulfitri disambut dengan beragam cara oleh umat Islam. Ada yang mudik ke kampung halaman, berziarah ke makam keluarga yang telah meninggal, juga bersilaturahmi ke keluarga dan handai taulan.

Di antara yang tak kalah istimewa di hari raya adalah juga hidangannya. Walau harga meroket menjelang lebaran, sepertinya tak menghentikan animo masyarakat untuk menyiapkan penganan khusus di hari raya, menjadikannya istimewa dengan hidangan lebaran yang tak terlupakan.

Hidangan Istimewa di Hari Raya

Beberapa ikon makanan khas lebaran ada yang disiapkan jauh-jauh hari dari hari-H, ada juga yang dipersiapkan satu dua hari sebelum lebaran. Tak heran, pusat perbelanjaan sangat ramai, dan salah satu item yang diserbu masyarakat adalah bahan-bahan makanan untuk mempersiapkan hidangan lebaran.

Beberapa hidangan yang biasa disiapkan untuk hari raya Idulfitri diantaranya adalah:


Aneka Kue Kering

Jenis kue kering sangat beragam. Dari Nastar hingga Kastengel. Bagi sebagian ibu-ibu, Nastar mungkin menjadi salah satu daftar kue kering yang harus ada di jajaran stoples saat lebaran. Rasanya yang khas dengan balutan rasa nanas di dalamnya menjadi salah satu penganan ikon lebaran.

Untuk mempunyai beberapa stoples Nastar, sebagian memilih membuatnya. Mengisi siang hari Ramadan dengan membuat adonan di dapur. Sebagian lagi memilih untuk membelinya, dengan alasan praktis atau tidak bisa membuatnya.

Memang manis, merajut silaturahmi sembari mengudap kue kering ini. Tapi ingat pula kesehatan. Jangan berlebihan mengonsumsinya, karena kandungan kalori dan lemaknya lumayan banyak.

Jangan juga terlena urusan perkuean di akhir Ramadan, sedang ibadah menjadi nomor sekian. Katanya berharap lailatul qodar, katanya ingin beri'tikaf. 

Rendang

Idul fitri tinggal menghitung hari, hari kemenangan akan segera tiba. Umat Islam mempunyai ragam cara untuk menyambutnya. Sebagian menyibukkan diri beribadah kepada Allah, sebagian lagi mempersiapkan segala hal keduniawian untuk lebaran. Pakaian, kue-kue, dan juga lauk pauk khas lebaran, salah satunya rendang.

Tak peduli pandemi covid yang belum usai, jalan-jalan sudah mulai macet, pasar dan pusat perbelanjaan penuh sesak. Satu hal lagi yang luar biasa, harga-harga kebutuhan pangan mulai meroket menjelang Idulfitri ini. Tapi seakan tak peduli dengan masalah harga, semuanya tetap tumpah ruah membelanjakan isi dompetnya.

Salah satu yang mengalami kenaikan harga yang signifikan adalah daging sapi. Permintaannya yang tinggi menyebabkan pasar menyesuaikan dengan hukum ekonomi kapitalis: semakin tinggi permintaan, semakin tinggi pula harga yang ditawarkan.

Daging sapi tetap jadi primadona, walau harganya merangkak tak terkira. Sebagai bahan pokok untuk pembuatan rendang yang akan dihidangkan untuk lebaran.

Opor Ayam

Untuk sebagian masyarakat yang mengharuskan diri ada olahan daging di hari lebaran, opor ayam adalah alternatif terbaik ketika harga daging sapi sedang tidak bersahabat. Tak ada rotan, akar pun jadi. Demikian mungkin filosofi yang digunakan. Tak ada rendang, opor pun tak apa-apa.

Daging ayam, walaupun kastanya di bawah harga daging sapi, tetapi ketika sudah dibuatkan opor, siapa yang mampu menolak. Bumbu khasnya ditambah santan kental, seakan jadi magnet keluarga untuk berkumpul di meja makan, menikmati kebersamaan lebaran.

Jangan lupa intip tetangga dan handai taulan, siapa tahu, jangankan rendang, opor ayam pun ia tak punya. Itulah mengapa Nabi merekomendasikan memperbanyak kuah dalam sayur, agar kita tidak hanya memberi aroma harum masakan kita kepada tetangga-tetangga dekat, tetapi juga bisa berbagi dengan sepotong atau dua potong bahan yang dimasak, walau dengan kuah yang berlimpah.

Ketupat

Rendang atau opor tak akan sempurna tanpa teman sejatinya, ketupat. Penganan yang terbuat dari beras dibalut dengan daun kelapa ini menjadi salah satu ikon makanan spesial di hari raya lebaran.

Tak pandai membuatnya, tak apa-apa. Di pasar banyak sekali yang menjajakan, baik hanya cangkang ketupat untuk kita buatkan di rumah atau versi jadinya sekalipun banyak tersedia.

Ketupat juga mempunyai filosofi yang mendalam. Diambil dari kata lepat yang artinya salah, ketupat melambangkan pengakuan diri kita yang banyak melakukan kesalahan dalam hidup.

Penutup

Setiap daerah mempunyai keunikan masing-masing, pun dalam masalah hidangan lebaran. pastinya masih banyak hidangan istimewa lain di setiap daerah masing-masing yang dipersiapkan menjelang hari istimewa ini.

Semoga saja tak hanya masalah hidangan yang membuat lebaran serasa istimewa, namun lebih dari itu, semoga lebaran menjadi luar biasa karena kita bisa meraih apa yang ditargetkan dari bulan Ramadan itu sendiri, yaitu menjadi bulan pembelajaran agar kita menjadi sosok-sosok yang lebih bertakwa.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
(QS. Al-baqarah: 183)


Related Posts

11 komentar

  1. Di rumahku itu ga ada tradisi makan opor pas lebaran, pilihannya kalo gak rendang ya dendeng. Jadi, pas merantau dan gak bisa pulang kayak gini tuh rasanya susah banget karena temen-temen kos cuma makan opor2an dengan berbagai macam hidangan tambahan yang gak pernah aku liat pas lebaran. Unik emang tiap daerah beda-beda tapi kalo udah terbiasa kayak aku jadi malah berat makanan lebaran bukan makanan yang biasa kita makan 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hwah harus full ya sabarnya ga bisa mudik buat menikmati hidangan lebaran di rumah sendiri bersama keluarga. Semoga lebaran tahun depan kondisi Indonesia sudah membaik, sehingga bisa berkumpul bersama keluarga dengan hidangan istimewanya ya kak Tika

      Hapus
  2. Tempatku opor, ketupat, sambel goreng Mas. Nggak pake rendang. Kalau rendang itu idul adha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hwah mantap tuh ada sambal gorengnya mbak Ratna

      Hapus
  3. Selamat merayakan idul Fitri Mas Yonal , mohon maaf lahir dan batin yaaa ...

    Nggak ada tradisi makan opor ayam tapi biasanya ada tetangga yang kasih hehe ...

    Di rumah palingan masak rendang ayam aja mas tiap lebaran.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama kak yani. Selamat lebaran juga ya

      Hapus
  4. pengen banget bisa makan selain opor...kadang jenuh ama ayam kalau aku hehehe...jadinya opsi pengennya rendang yang pekat dan gelap...manis pedes...ala ala minang hehehe

    BalasHapus
  5. Kalau saya sendiri ga terlalu suka kue2 lebaran kayak nastar atau kastangel, justru lebih suka olahan "rice cracker" tradisional kayak rengginang sama opak.

    Kalau di Bandung sini, atau mungkin di Priangan, biasanya pagi kayak yg lain makan ketupat plus opor ayam, pas siang menjelang sore setelah silaturahmi keluarga, ga tau kenapa pada jajannya mie baso, dan pasti rame. Kadang mienya ditambah ketupat juga biar kenyang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh iya, bener kang Arif. Ranginang, rangining, dan opak memang sangat legend sekali di hari raya, dengan ciri khas nya yang disimpan di kaleng Khong Guan... hehe

      Hapus
  6. Udh sejak kuliah aku ga ngerayain lebaran secara proper sebenernya :D. Maksudnya jarang mudik ketemu ortu. Jd jarang juga nemuin hidangan lebaran kayak yg mama bikin. Mudik selalunya pas bukan season lebaran malah.

    Tapi dulu aku seneng kalo udh lebaran, Krn masakan lebaran yg dibikin mama. Mama tipe yg suka bikin menu baru malah. Jd ga selalunya opor dkk. Pernah dulu lebaran malah masaknya Italian food hihihihi. Tapi tamu2 yg DTG malah seneng, Krn beda dari rumah lain :D.

    Rasanya kalo pandemi ini udh selesai, dan aku bisa pulang ke Medan lagi, pengen deh minta mama masak menu lebaran opor dkk ini :D.

    BalasHapus

Posting Komentar