The Glory, Bullying di Sekolah yang Menyisakan Dendam Seorang Guru

10 komentar
drakor the glory

Akhir tahun 2022 dan awal-awal tahun 2023 dunia hiburan digemparkan dengan series The Glory, baik session 1 maupun 2 yang trending di banyak negara. Drama yang menceritakan tentang balas dendam seorang guru karena pernah menjadi korban bullying di sekolah ini menguak banyak fakta tentang tema perundungan di sekolah menengah atas sebagai bahasan yang diangkat dalam ceritanya.

Kali ini kita tidak akan membicarakan tentang detail drama yang dibintangi Song Hye-kyo ini, tetapi lebih ke isu bullying, khususnya yang terjadi di sekolah. Sebagai seorang guru di sekolah, melihat kasus perundungan atau bullying ini memang sangat meresahkan dan pastinya harus jadi concern bersama, berbagai pihak.

Bullying di sekolah sendiri adalah penindasan dalam segala bentuk kekerasan yang dilakukan secara individu atau kelompok secara sengaja dengan tujuan untuk menyakiti dan sering dilakukan. Biasanya para perundung merasa dirinya atau kelompoknya lebih kuat dan atau lebih berkuasa sehingga berani melakukan perundungan terhadap teman-temannya di sekolah.

Serupa Namun Tak Sama dengan The Glory

Seseorang menghubungi via messenger Facebook, ia mengucap salam dan kemudian memperkenalkan diri sebagai teman SMP. Ia bertanya, apakah benar saya menjadi seorang guru di sekolah? Maksud dan tujuannya menghubungi adalah meminta agar anaknya diberi les karena ia merasa kurang memberikan perhatian dan ilmu sebagai seorang ayah. Sambil mengingat-ingat siapa yang menghubungi ini (karena tak berteman di FB) dan mencerna tujuannya, akhirnya terkelebat bayangan sosok ini, dia adalah orang yang pernah mem-bully sewaktu SMP dulu, verbal dan juga fisik.

Sejurus dengan kejadian itu, tetiba jadi ingat ketika Moon Dong-eun yang diperankan Song Hye-kyo, sosok guru di The Glory yang mengajar seorang anak di sekolah, yang orang tuanya dulu mem-bully-nya sewaktu SMA. Hmm.. Kok mirip begini ya?. Terus, apa terima saja tawaran untuk memberikan pengajaran kepada anak itu dan jadikan jalan untuk membalas dendam?.

Saya menolaknya dengan baik-baik, tidak bisa memberikan les atau pengajaran sesuai dengan yang diminta. Bukan apa-apa, karena memang waktunya tidak sesuai. Ia meminta waktu di atas jam 6 sore, sedangkan jam setelah maghrib itu sudah terjadwalkan dengan anak-anak di rumah untuk belajar juga.

Dari The Glory banyak pembelajaran yang bisa dipetik, salah satu poinnya adalah bahwa balas dendam tidak akan menyelesaikan masalah. Apakah Moon Dong-eun puas setelah semua dendamnya terbayarkan kepada semua orang-orang yang telah merusak kehidupan sekolahnya dulu? sepertinya tidak sama sekali, bahkan ia sempat akan merencanakan bunuh diri setelah semua misinya selesai.

Learn Lesson dari Drakor The Glory

Kasus bullying ada di mana-mana, pun di dunia pendidikan. Sekolah yang seharusnya menjadi pusat pendidikan yang nyaman untuk anak-anak akan menjadi sarang perundungan jika semua elemen tak berusaha mencegahnya. Untuk itu butuh kerja sama berbagai pihak agar kasus-kasus perundungan ini minimal bisa diminimalisasi atau bahkan dihilangkan.

Selain di sekolah, bullying juga banyak terjadi di area lain seperti tempat kerja, bahkan ragam bullying kini juga sangat beragam sampai pada ranah digital yang sering kita sebut dengan cyberbullying. Di mana pun dan apa pun jenis bullying, tentunya kita sepakat untuk tidak akan mentolerir keberadaannya.

1. Untuk Para Guru, Responlah Segera Setiap Ada Laporan Tentang Bullying

Miris mendengar kabar ada siswa SMP yang membakar sekolahnya di Temanggung karena sakit hati laporannya kepada guru tentang kasus perundungan yang ia alami diabaikan. Si anak kecewa, bukan perlindungan yang ia dapatkan, malah pengabaian. Pada kasus ini, bullying berakhir dengan depresi dan kemudian sang anak meluapkan kekecewaannya dengan membakar gedung sekolah tempat ia belajar.

bullying di sekolah

Serupa dengan adegan di Drakor The Glory, Moon Dong-eun muda yang sewaktu SMA di-bully dengan sadis oleh teman-temannya kemudian memberanikan diri untuk melaporkan kasusnya kepada guru. Apa yang ia dapat juga bukan perlindungan, malah ia dituduh mencari perhatian dan pembuat onar di sekolah.

Semoga kita bisa belajar dari banyaknya kasus bullying yang sudah memakan banyak korban. Jangan pernah mengabaikan laporan siswa tentang adanya perundungan di sekolah, sekecil apa pun. Rangkul korban agar merasa terlindungi dengan sosok guru sebagai orang tua di sekolah.

2. Untuk Para Orang Tua, Pekalah Dengan Setiap Bahasa Tubuh Anak

Tidak semua anak berani bercerita dengan tekanan yang ia terima dari teman-temannya di sekolah, tapi gesture tidak bisa berbohong. Anak yang mengalami perundungan cenderung akan menarik diri dari lingkungan, termasuk di rumah.

Orang tua harus peka setiap perubahan yang terjadi pada anak. Tanyalah anak dalam percakapan santai tentang kegiatan anak selepas pulang sekolah, kegiatan apa saja yang lakukan bersama guru di kelas dan atau waktu senggang dengan teman-teman.

bullying

Dengan hadirnya sosok orang tua sebagai support system utama, anak akan merasa terlindungi. Ketika anak nyaman berkomunikasi dengan orang tua, mereka akan terbuka dengan apa pun yang terjadi padanya.

Di The Glory, sosok orang tua Moon Dong-eun digambarkan sebagai orang tua yang tidak peduli dengan penderitaan yang dialami anaknya di sekolah. Si anak bukan dilindungi, malah makin tersiksa psikisnya karena tak ada dukungan moral dari orang tua sendiri.

Jelas, penggambaran sosok orang tua Moon Dong-eun bukan sosok ideal, karena sejatinya kita sebagai orang tua harus menjadi perlindungan ternyaman ketika anak merasa dalam posisi bahaya, bukan sebaliknya.

Tidak hanya dalam drama seperti dalam The Glory, di dunia nyata pun, orang tua yang menambah luka anak pada saat mendapat bully ternyata juga ada. Tahun kemarin, ketika membimbing salah satu siswa di ekstrakurikuler literasi untuk persiapan lomba menulis cerita inspirasi, sang anak mengangkat cerita pengalaman bullying yang ia alami sewaktu sekolah dasar. Ketika ia melaporkan kejadian itu kepada orang tuanya, ia malah mendapat cemoohan dan perkataan tak pantas dari orang tuanya yang mengatakan bahwa ia memang layak mendapat perlakuan seperti itu dari teman-temannya. Naudzubillah. Bersyukur ia mendapat dukungan dan perlindungan dari wali kelasnya sehingga ia bisa bangkit dan berani menghadapi para perundung.

3. Pentingnya Kerja Semua Semua Pihak Untuk Stop Bullying

Kasus bullying tidak akan berhenti jika tidak ada kerja sama semua pihak untuk menghentikannya. Guru dan orang tua harus benar-benar kooperatif jika ada kasus perundungan pada anak.

Sekolah juga harus mempunyai komitmen yang kuat untuk menciptakan kondisi lingkungan sekolah ramah anak atau SRA. Sosialisasikan kepada seluruh yang berkaitan dengan sekolah, baik siswa maupun orang tua, bahwa sekolah tidak akan mentolerir tindakan apa pun yang berhubungan dengan bullying

bully di sekolah

Lagi-lagi, di The Glory, sekolah malah bekerja sama dengan orang tua untuk menutupi kasus bullying. Contoh buruk untuk tidak ditiru sama sekali, karena ini bukan penyelesaian, tapi akan menjadi gunung es yang semakin hari akan semakin membesar dan menjadi kasus yang semakin berat.

Terakhir, semoga anak-anak yang mengalami perundungan berani bertindak, tidak diam saja. Sikap diam dalam menghadapi bullying rata-rata akan membuat pelaku semakin menjadi-menjadi dalam merundung. Cintai tubuh kita dengan melindunginya, tanpa seorang pun berani menghina. Cintai hidup kita, jangan biarkan orang lain merusaknya. 

Jangan Ada Lagi Moon Dong-eun Berikutnya

Gambaran sosok Moon Dong-eun yang mengalami penyiksaan fisik dari teman-teman semasa SMA terinspirasi dari kisah nyata kasus bullying di Korea pada 2016 di mana ada salah satu siswi yang di setrika dan disiksa dengan catok rambut panas sehingga mengalami kerusakan pada kulitnya. Gambaran mengerikan tentang bullying yang terjadi di dunia pendidikan di Korea Selatan.

Di negeri kita kasus perundungan tak kalah mengerikan, bahkan beberapa kasus sudah ada yang berujung pada kematian. Salah satu kasus kematian akibat bullying seperti kasus kematian siswa MTs di Kotamobagu yang mendapat tekanan fisik dari sembilan kakak kelasnya berupa tendangan dan bantingan, sampai berujung pada kematian.

perundungan

Mengenaskan kasus bullying di sekolah ini. Jika tidak ada tindakan preventif, masalah ini akan terus terjadi dan bertambah banyak. Tentu kita tidak mengharapkan ini terjadi terus menerus dan memburuk.

Walaupun The Glory adalah kisah fiksi, tapi jalan ceritanya yang terinspirasi dari kisah nyata bullying di dunia pendidikan Korea Selatan, membuktikan bahwa memang kasus bully ini tidak main-main. 

Waktunya semua bekerja sama dan berkomitmen untuk menghentikan bullying di sekolah. Waktunya mengembalikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan dan aman untuk mencari ilmu dan bersosialisasi dengan sebaya. Guru, orang tua, para siswa, masyarakat, dan juga pemerintah harus serius melawan bullying untuk tidak ada di sekolah, agar tidak ada lagi Moon Dong-eun baru yang menyisakan masa hidupnya hidupnya untuk balas dendam karena bully yang diterima di sekolah seperti dalam gambaran drama Korea, The Glory.

Related Posts

10 komentar

  1. Selain di sekolah, bullying itu banyak juga terjadi di tempat kerja. Senior kepada yunior, rekan sejawat kepada rekan kerja lainnya atau atasan kepada bawahan. Sepertinya sering kali pelaku bullying tidak menyadari perilaku negatif mereka.

    BalasHapus
  2. agak ngeri memang ya bullying ini, efeknya bisa panjang kalau gak ikhlas memafkan, pun sulit rasanya buat memaafkan apalagi dilupain, duh..

    BalasHapus
  3. Bullying ini sepertinya sudah banyak terjadi di berbagai lingkungan pendidikan ya. Sempat dapat curhatan orang korban bullying yang tidak mau kalo kisahnya sampai diketahui orang lain. Semoga bullying tidak ada lagi.

    BalasHapus
  4. Wah pak Yonal nonton The Glory juga ya, hehe. Bullying ini dampaknya bahaya bgt ya bisa berujung kematian. Sebagai orang tua dan guru kita harus peka jika ada perubahan atau laporan dari anak. Harusnya jangan diabaikan jika ada siswa yang melapor, karena untuk cerita aja nggak mudah. Mungkin terlihat sepele bagi yang mendengarkan, tapi tidak bagi korban. Stop bullying!

    BalasHapus
  5. Setuju sekali, kalo para pendidik harus peka terhadap bullying yang dialami oleh anak. Terkadang guru membiarkan dan tidak memberikan respon yang seharusnya, ini membuat anak menjadi putus asa dan merasa tertekan ketika dibully oleh teman2nya. Semoga tidak ada lagi kejafian bullying setelah ada pembelajaran dri film the Glory.

    BalasHapus
  6. Kadang tanpa sadar orang tua justru jadi pembully anak2nya sendiri. Meski tujuannya becanda, mungkin. Naudzubillah.. Emang kasus bullying ini harus diperangi bersama2 semua pihak.

    BalasHapus
  7. Betul. Memang ada oknum guru yang abai terhadap keluhan anak2. Setelah terjadi hal tak diinginkan mereka baru sadar. Lalu pusing mencari kambing hitam. Celakanya ada juga oknum guru yang ikut membully anak2
    Yai itu tadi. Sasarannya anak2 yang mereka anggap lemah.

    BalasHapus
  8. Wah, kalau Pak Yo yang bahas The Glory emang jadinya another level of review. Di tulisan ini aku bisa melihat sedalam apa kepedulian Pak Yo selaku pendidik kepada para siswa, apalagi kalau siswanya (naudzubillah, semoga tidak) jadi korban bullying.

    Beberapa waktu lalu, aku sempat ikut sebuah forum empowering women. Ada salah satu peserta yang ternyata punya kisah hidup menyayat hati. Beliau cerita kalau selalu jadi korban bullying semasa kecil, di manapun dia berada. Sejak masih dikandungan bahkan pernah mau digugurkan oleh ibunya. Setelah lahir, justru ditinggal orang tuanya. Di sekolah, beliau dibully teman-temannya. Di rumah, cuma tinggal bersama neneknya, beliau pun masih mendapat perlakuan tidak menyenangkan. Sampai pernah diludahi.

    Ini bukan dongeng. Aku yang dengar beliau cerita waktu itu sampai ikutan dongkol, mbrebes mili, keluar air mata. Kok ya ada orang yang sebegitu perihnya hidup.

    Singkat cerita, setelah beliau dewasa, lulus kuliah, beliau ternyata luar biasa tahan banting nih. Bersama teman-temannya, beliau mendirikan sebuah lembaga pendampingan untuk para korban bullying, supaya tidak ada lagi anak-anak yang mengalami seperti dirinya dulu. Keren banget!!

    BalasHapus
  9. Baru2 ini aku dapat berita gara2 salah satu murid dititipin surat pemanggilan wali murid melalui temannya (perempuan) yang dapat surat siswa laki-laki.

    Singkat cerita siswa ini ternyata nggak terima dan balas dendam dengan memukul si siswi yang mengantar surat tadi di bagian kepala. Beberaoa hari si siswi mengeluh sakit dan keluarlah ceritanya tentang pemukulan itu yang ternyata mereka adalah sepupuan. Hingga dirujuk di rumah sakit dan kabar akhirnya si siswi meninggal dunia. Dan siswa kabur melarikan diri dan keluarganya malah berdamai. DI satu sisi aku miris banget pas denger ceritanya sampe greget, speecless.

    Kluarga boleh aja damai tp untuk si siswa tersangka menurutku harus di bimbing dengan sangat karna ini sudah melewati batas banget karna laki-laki mukul perempuan. Ntah bagaimana kalau dia dewasa. Aku cuma bisa berdoa semoga hal ini gk terulang lagi dimana pun pada anak didk kita. dan guru serta orang tua hrus memperhatikan perbedaan pada diri si anak

    BalasHapus
  10. Baru banget baca di sekolah anakku ada pamflet stop bullying ini. Aku bacanya aja ngeri, Ya Allah. Semoga anak-anak kita dijauhkan dari kasus pembulian di sekolah. Ini pak guru pinter banget sih mensinergikan film sama himbauan stop bullying. Aku pengen nonton, tapi aku nggak sekuat itu melihat pembulian meski cuma di film.

    BalasHapus

Posting Komentar