Diskusi Perbedaan Satire dan Sarkasme Bersama Anak-anak Literasi

1 komentar

Hari ini bersama anak-anak ekstrakurikuler literasi di SMA IT Adzkia kita diskusi tentang perbedaan satire dan sarkasme. Contoh kasus yang diambil adalah tentang viralnya spanduk mahasiswa Unsoed ketika demo kenaikan UKT beberapa waktu lalu dengan tulisan

Orang Miskin Dilarang Sarjana

Tulisan pada spanduk itu serta merta menjadi trending di banyak media sosial dan berujung dengan banyaknya hujatan warganet karena dianggap menghina orang-orang miskin. Miris memang  dengan fenomena kebiasaan warganet yang sering reaktif dengan berbagai kasus tanpa melihat lebih dalam. Mereka hanya melihat judul atau headline tanpa membaca keterangan berita lalu langsung mencak-mencak.

Seringnya masyarakat menghakimi suatu masalah di media sosial tanpa paham benar apa hal yang sebenarnya terjadi menandakan bahwa benar betapa lemahnya daya literasi di Indonesia ini. Ini menjadi PR bersama agar kasus-kasus seperti ini tidak terus berulang dan masyarakat harus melek dengan aktif bukan reaktif dalam menanggapi setiap fenomena yang terjadi. 

Perbedaan Satire dan Sarkasme

Perbedaan Satire dan Sarkasme

Rabu sore waktunya kumpul bersama anak-anak Klub Lisenzia atau Literasi Adzkia. Klub Lisenzia sendiri adalah ekstrakurikuler literasi yang ada di SMA IT Adzkia Sukabumi dan alhamdulillah ini adalah tahun kedua menemani anak-anak dalam diskusi pekanan tentang dunia literasi.

Hadirnya ektrakurikuler khusus dalam bidang literasi di SMA IT Adzkia ini adalah salah satu contoh bentuk nyata sekolah dalam mendukung Gerakan Literasi Sekolah yang digaungkan oleh pemerintah dan juga untuk mewadahi minat para siswa dalam bidang literasi.

Pada pertemuan kali ini kita membahas tentang perbedaan satire dan sarkasme. Keduanya ibarat kembar, sama namun berbeda. Dalam buku Merayakan Keberagaman Berbahasa karya Abdullah Fakih dkk, ia menyebutkan bahwa batas antara perbedaan sarkasme dan satire sering kali dianggap sebagai sebuah dinding tipis oleh banyak orang, ternyata tidak demikian. Untuk dapat membedakan keduanya maka tema ini kita angkat untuk didiskusikan bersama.

Definisi dan Contoh Satire

Secara bahasa satire dimaknai dengan sindiran. Sedangkan dalam definisi panjang satire mempunyai makna tersendiri seperti dalam buku Catatan Riskas Stilistika dari Andri Wicaksono

satire adalah gaya bahasa yang berbentuk penolakan, serta mengandung kritikan dengan tujuan agar sesuatu yang salah dapat dicari kebenarannya

Intinya satire adalah gaya bahasa berupa sindiran halus yang menggunakan bahasa ironi atau parodi dan bertujuan menertawakan atau mencibir sebuah gagasan.

Di Indonesia penggunaan gaya bahasa satire sudah lumrah dari dahulu khususnya pada pementasan-pementasan seni tradisional seperti ludruk, wayang, dan ketoprak. Kemudian kita juga mengenal Grup Warkop DKI yang beranggotakan Dono, Indro, dan Kasino yang dalam film-filmnya selalu mengeluarkan kritik-kritik sosial melalui gaya bahasa satire ini.

Beberapa contoh kalimat satire yang dibuat oleh anak-anak Klub Lisenzia pada pertemuan diskusi sore di antaranya:

  • tak perlu pintar berada di Indonesia
  • jajan terus, tak usah nabung-nabung
  • kalau mau aman, ikuti saja mayoritas

Definisi dan Contoh Sarkasme

Jika satire adalah sindiran dengan gaya bahasa halus, maka sarkasme adalah sebaliknya. Sarkasme adalah gaya bahasa yang disampaikan dengan kata-kata kasar, tidak enak didengar, dan menyakiti hati pendengarnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sarkasme juga memiliki definisi tersendiri

sarkas atau sarkasme adalah perkataan pedas, cemoohan, atau ejekan kasar untuk menyakiti hati orang lain

Sarkasme ini berasal dari Bahasa Yunani dari kata dasar sark dan asmos yang kemudian diturunkan menjadi sakasein sebagai kata kerja yang memiliki arti merobek daging. Sarkame disampaikan straight to the point, tanpa tersirat. Maka pendengar kalimat-kalimat sarkasme kemungkinan besar akan memahami dengan kata-kata kasar yang keluar dari mulut orang yang berbicara.

Contoh-contoh kalimat sarkasme yang dibuat oleh anak-anak di Literasi Adzkia antara lain:

  • pintar sekali otakmu sampai harus remedial semua pelajaran
  • masih mending masuk telinga kiri keluar telinga kanan, berbicara denganmu memantul
  • jalan-jalan saja terus, tak usah pikirkan hutangmu yang menggunung
  • mulutmu seperti ular, berbisa!

Kalau Mau Menyindir, Pilih Satire atau Sarkasme?

satire vs sarkasme

Contoh kasus tulisan Orang Miskin Dilarang Sarjana pada demo mahasiswa di Unsoed adalah bukti banyak orang di masyarakat kita yang belum paham dengan tulisan yang menggunakan gaya bahasa satire hingga akhirnya malah menghujat, padahal tulisan tersebut sebenarnya adalah bentuk sindiran kepada pihak perguruan tinggi yang dianggap semena-mena dalam menaikkan UKT atau uang kuliah tunggal.

Kalau menggunakan satire tidak mempan, boleh kah menggunakan sarkasme? Penggunaan sarkasme yang walaupun lugas tetapi kalimat yang digunakan dianggap kasar sehingga dapat menyakiti perasaan orang yang mendengarnya. Jadi penggunaan keduanya seperti di media sosial pun tetap mesti hati-hati dengan faktor lemahnya literasi digital dan tingginya sensitifitas masyarakat di sekitar kita.

Jika kondisi masyarakat yang terus menerus tidak melek literasi, maka niscaya kita akan terus menjadi orang-orang yang seperti 'tong kosong nyaring bunyinya', terus berisik dengan kalimat-kalimat yang tak berbobot. Untuk itu, budaya literasi harus benar-benar dapat tersosialisasikan kepada setiap lapisan masyarakat agar semuanya memahami betapa pentingnya membaca dengan seksama setiap fenomena yang terjadi di sekeliling kita dan kita pun dapat menanggapi secara bijaksana.

Related Posts

1 komentar

  1. Dalamm berbagai hal menyiapkan perlatan sekolahh memang lebih bagus di list supayaa tidak ada yang kurang, dan harus meminta penjelasan dari sang anak apa yang dia suka dan dia mau supayaa barangnyaa di gunakan dengan mamfaat



    Dalam sindir menyindirr, dalam sosial mediaa tentunyaa yang palingg hebat dalam menghujat adalah netizen, di karnakan netizen hanya bisa menilai tampaa tau kenyataannya hingga pada akhirnya memperlihatkan perselisinan dari berbagai pihak..


    Dalam membaca status dalam sosial media haruss membaca terlebih dahulu supayaa dalam memahami apa yang ada dalam unggahan sosial media tersebut agar tidak menimbulkan perselisihan satu sama lain



    BalasHapus

Posting Komentar