Ukhuwah = Aku dan Kamu Bersaudara

13 komentar

humaniora

Aksi penolakan terhadap undang-undang cipta kerja masih terus berlanjut di beberapa daerah di Indonesia. Elemen masyarakat terus turun ke jalan, terutama mahasiswa dari pelbagai perguruan tinggi yang mengatasnamakan rakyat. Namun sepertinya gelombang demonstrasi yang belum berhenti ini juga tak membawa perubahan yang signifikan atas undang-undang yang telah disahkan oleh DPR pada Senin (5/10/2020).

Demo VS Ukhuwah

Di balik aksi demonstrasi yang mayoritas dilakukan oleh para mahasiswa ini, ada beberapa gambaran di layar kaca yang memperlihatkan terjadinya bentrokan antara mahasiswa sebagai pendemo dengan pihak kepolisian sebagai penjaga keamanan dan ketertiban selama aksi berlangsung. Entah siapa yang memulai, entah murni bentrok di antara keduanya, atau entah ada pihak-pihak yang memprovokasi sehingga terjadi bentrok. Kita tidak tahu pasti.

Yang miris, baik mahasiswa maupun aparat kepolisian adalah sama-sama anak bangsa, sama-sama aset negara yang berharga. Tapi demi menjaga idealisme versi masing-masing, bentrokan itu tidak bisa dielakkan. Seakan mereka lupa, bahwa kita adalah saudara. Saudara sebangsa dan setanah air.

Hanya karena tidak ada pertalian darah, kemudian lupa bahwa kita masih di bawah naungan bendera yang sama. Hanya karena berbeda kubu, lantas hilap bahwa kita menginjakkan kaki yang sama di bumi ibu pertiwi. Sangat disayangkan, ketika dua golongan itu berhadap-hadapan, lantas adu jotos seperti sabung ayam.

Sejatinya kita tetap bersaudara walau tak bertali darah dekat, tapi ada ikatan persaudaraan lain yang harus tetap kita junjung, agar rasa kemanusiaan kita tidak tiba-tiba hilang ketika berhadapan dengan dengan orang di sekitar kita.

saudara sebangsa

Saudara Seagama

Biasanya istilah ini yang paling dikenal oleh masyarakat, agama mengistilahkannya dengan ukhuwah. Ya, memang benar bahwa sesama muslim adalah saudara, dan Indonesia sebagai salah satu negeri dengan umat muslim terbesar di dunia, seyogianya bisa menjadi percontohan bagaimana semestinya kita bisa menjaga persaudaraan. Yang harus diingat pula adalah sikap seorang yang beragama, tidak boleh menjadikan agama lain sebagai musuh, selama dalam kondisi berdampingan dalam kedamaian, maka persaudaraan itu harus tetap terjalin dengan baik.

Saudara Setanah air

Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 adalah bukti bahwa para leluhur kita dengan legowo-nya rela bersatu demi tanah air di atas kepentingan daerah masing-masing. Kita adalah saudara setanah air, tak peduli dengan latar daerah mana pun. Sepatutnya perjuangan mereka dalam menyatukan rasa persaudaraan itu dapat kita contoh, kita camkan, kemudian jadikan panduan.

Ketika kita kontra dalam suatu masalah, dengan siapa pun, ingatlah, mereka adalah saudara kita se-Indonesia. Kita masih sama-sama berbahasa yang sama, bahasa Indonesia, dan kita pun masih berdiri di tanah yang sama, tanah Indonesia.

Jangan pernah membatasi pergaulan hanya karena sekat geografis. Perluaslah pergaulan kita, agar dapat membuka mata, betapa banyaknya saudara kita di tanah air Indonesia.

Saudara Sesama Manusia

Di atas semua kepentingan, semoga kita masih bisa sadar bahwa kita adalah manusia. Makhluk yang disebut homo sapiens, yang berarti modern dan cerdas, makhluk yang berasal dari leluhur yang sama, Adam dan Hawa.

Jangan sampai rasa kemanusiaan itu hilang ketika kita ditipu oleh teriakan-teriakan provokasi untuk saling mencaci maki dan saling membenci, lantas saling menyerang seakan-akan kita adalah rival yang abadi. Semoga kita dijauhkan dari pemikiran sempit dan picik, fanatisme buta, dan merasa paling benar sendiri di dunia. Karena jika demikian, akan hilanglah rasa persaudaraan.

Sudah waktunya kita terbiasa dengan kata maaf dan terima kasih sebagai tanda bahwa kita makhluk yang beradab. Ingat pula, bahwa kita adalah saudara, no matter what happen.

Related Posts

13 komentar

  1. Kita semua bersaudara, cucu Adam dan hawa wkwk

    BalasHapus
  2. masalah demo kemaren, gak abis pikir sama mahasiswa yang bikin konten joged-joged di tiktok di tengah-tengah aksi.

    BalasHapus
  3. Karena kita masih terpikir pola bahwa berbeda itu enggak keren. Semua-semua diseragamkan, hinggak akhirnya jika ada yang tak sependapat bisa jadi dianggap bukan kawan. Padahal dari awalnya kita sudah beraneka ragam.

    Mudah²an kita bisa lebih saling menghargai perbedaan.

    BalasHapus
  4. bagus ... yang dibahas ... keren saya saja belum berani loh ... oh ya saudaraku ...wkwkwk

    BalasHapus
  5. Sepakat! Kita ini adalah saudara. Kenapa banyak yang justru mencari perbedaan di saat kita bisa bersatu?

    BalasHapus
  6. Semoga orang2 d luar sana paham kita ini saudara shg tidak anarkis ya

    BalasHapus
  7. Nah iya. Perlu diingat tuh, kita adalah saudara. Jadi, nggak perlu saling sikut demi hawa nafsu.

    BalasHapus

Posting Komentar