Setelah menerbitkan buku antologi ‘Guru Madrasah: Bagja dan Berkah’ pada awal tahun 2020, bersama rekan-rekan
guru dibawah Kementrian Agama Kabupaten Sukabumi, kami berencana untuk rutin
menerbitkan buku setiap tahunnya, ditengah menggodok master plan untuk
terbitan selanjutnya, kami juga terus belajar untuk memperbaiki tulisan, salah satunya dengan mengikuti KMP atau Kelas Menulis Perpustakaan
yang diadakan oleh Perpustakaan Daerah Kabupaten Sukabumi.
Di KMP kami
dibimbing oleh teh ivith dan teh nani -teh adalah sebutan kak dalam bahasa
sunda-. Bersama peserta lain, yang ternyata masih muda-muda, -mayoritas adalah
mahasiswa-, selain diberi tantangan menulis, peserta KMP juga diberi materi
yang berhubungan dengan penulisan dalam diskusi via grup whats up, seyogyanya
ada pertemuan langsung satu kali dalam sebulan, namun karena kondisi pandemi
covid-19, diskusi terus berlanjut via on line.
Dikala kelas
KMP, suatu waktu teh ivith merekomendasikan seluruh peserta untuk mengikuti RWC
atau Ramadhan writing chalenge yang diadakan oleh komunitas one day
one post yang lebih dikenal dengan komunitas ODOP. Ternyata di RWC ini
tantangannya lebih greget, karena ada tema khusus setiap harinya, dead line
waktu penyetoran dan sisten skor yang lumayan ketat.
Beberapa teman
pernah memiliki kesan merasa ‘salah kamar’ dengan mengikuti RWC, maklumlah guru
yang notabene pakem-nya formal, tetiba disatukan dengan peserta beragam latar belakang yang rata-rata
usia muda, dari hampir seluruh Indonesia pula, bahkan kita seperti harus roaming
ketika menyimak perbincangan di grup menggunakan bahasa daerahnya masing-masing -dalam hal ini
bahasa jawa- yang menjadi mayoritas peserta.
Kesan
positif banyak didapatkan di RWC, mengenal para penulis dari seluruh nusantara
menjadi pengalaman tersendiri, ada yang sudah mengeluarkan beberapa antologi,
ada yang sudah publish solo, bahkan best seller. Hal itu menjadi
motivasi tersendiri untuk terus belajar menulis.
Aktivitas blog
walking juga memberikan semangat yang luar biasa, selain memberikan
semangat di setiap tulisan, juga memberikan kritik untuk perbaikan tulisan
kita, seperti kata yang tidak sesuai dengan Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI).
Yang tidak
kalah luar biasa adalah para panitia yang menjadi penanggung jawab kegiatan RWC
ini, mereka sangat jeli dan telaten dalam menilik setiap tulisan. Bahkan satu ‘i’
saja bisa terdeteksi ketika tantangan tulisan tanpa hurup ‘i’. Luar biasa. Juga,
kegiatan ini free alias gratis, dan para penanggung jawab yang kita
sebut PJ tak lekang walau tanpa fee, karena ternyata ada program serupa
di sebuah komunitas, namun berbayar untuk setiap peserta yang mendaftar.
Tiada kata yang
lebih pantas selain terima kasih untuk para pejuang literasi, baik dari KMP
maupun RWC untuk terus menularkan positive vibe bahwa menulis itu
menyenangkan. Semoga kegiatan ini terus bisa berlangsung, tetap produktif walau
kita masih ditengah penyebaran virus corona. Dan suatu saat, ketika kondisi
sudah dalam new normal, semoga kita bisa bersua, menyampaikan takdzim
secara langsung atas segala ilmu dan pengalaman yang luar biasa.
Semangat tanpa batas... Ayoo lulus bersama dan terbitkan karya demi karya
BalasHapusalways semangat teh... ilmu baru, keluarga baru, pengalaman baru untuk semangat karya-karya terbaru
BalasHapusAku KMP2 Pak. Hehe. Dari KMP juga aku kenal ODOP dan sayap-sayapnya... Hehe katanya Bu Ivet pengen nanti ODOP banyak kader nya dari sukabumi. Hehe
BalasHapusAlhamdulillah jadi nambah anggota keluarga baru kang :)
Hapus