Cerita Stoples Kue Kering Penuh Makna di Keluarga

6 komentar

ramadan RWC ODOP

Ramadhan dan Idul fitri pasti menjadi momen berkesan untuk setiap muslim, banyak keberkahan dan kebahagiaan yang bisa ditemukan di bulan ini, karena beberapa hal ikonik hanya terjadi pada saat Ramadhan, dan tidak akan ditemui di bulan-bulan lainnya.

Kue di Hari Lebaran

Salah satu yang membuat Ramadhan menjadi special adalah budaya umat Islam untuk menyiapkan berbagai penganan untuk menyambut idul fitri. Di Indonesia sendiri, jenis kue-kue kering sepertinya menjadi pilihan mayoritas para ibu untuk lebaran, rasanya yang manis dan tahan lama membuat jenis kue kering sangat diminati, apalagi di simpan dalam stoples-stoples indah (masyarakat menyebutnya dengan toples), dan berjejer di meja tamu, membuat idul fitri serasa nyata raya.

Tak terkecuali keluarga kami, dulu ummi (demikian kami memanggil ibu) adalah sosok ibu rumah tangga dengan tiga anak laki-laki, maka jadilah kegiatan membuat kue persiapan lebaran dibantu oleh anak-anak bujang kesayangannya. Namun yang tak terlupakan adalah proses pembuatan pelbagai kue kering itu banyak sekali, melebihi kebutuhan keluarga dan atau prediksi jumlah tamu lebaran. Kita jadi bertanya-tanya, untuk apa kue sebanyak itu?.

Ketika lebaran tiba, stoples-stoples bening nan indah akhirnya keluar dari rak persembunyiannya, setelah dipendam beberapa hari, menunggu momen lebaran tiba. Tapi tidak semuanya ibu keluarkan, ada beberapa yang masih tersimpan rapi di rak.

Kue dan Silaturahmi

kue lebaran

Hari kedua lebaran, hari kami berkunjung ke nenek uyut (nenek nya ibu) beserta keluarganya, di kampung babakan, sebuah kampung di kaki Gunung Gede Sukabumi, di akhir tahun sembilan puluhan, tidak ada akses jalan untuk kendaraan menuju kampung babakan, walhasil kami sekeluarga besar berjalan kaki beruntuyan, track menanjak selama kurang lebih satu jam membuat energi kita lumayan terkuras, terlebih beberapa stoples kue kering yang kami tenteng bergantian menambah beban perjalanan.

Namun hawa sejuk dan indahnya panorama pegunungan sepanjang perjalanan membuat kita kembali refresh tatkala sejenak berhenti untuk menambah hirupan oksigen. Apalagi ketika susunan rumah perkampungan tampak didepan mata, bertambah semangat dan kebahagian kami, disambut sanak saudara dengan sumringahnya. Dan, aduhay ini dia yang menjadi daya tarik saudara-saudaraku disana, ternyata stoples-stoples berisi kue kering itu yang sengaja ibu siapkan untuk kami bawa sebagai buah tangan lebaran sangat disambut dengan suka cita dan ucapan terima kasih dengan wajah tulus dan bahagia.

Ternyata kue kering yang di tata rapi dalam stoples adalah barang langka di kampung yang rimbun dengan pepohonan ala hutan ini, mereka menyebutnya dengan kue kota. Alamak, kami sangat bersyukur, kue buatan ummi beserta pasukan bujangnya diterima dengan kebahagian di hari raya lebaran oleh handai taulan.

Penutup

Lebaran tahun ini kita tidak tahu seperti apa suasananya di tengah wabah pandemi corona yang belum berakhir, walaupun kemungkinan kita belum bisa bersilaturahmi secara langsung dengan saudara-saudara yang jauh secara geografis dari keluarga kita, tapi masih ada tetangga dekat yang bisa kita bagi kebahagiaan dengan isi stoples dan makanan lebaran lain. Sehingga lebaran tetap bermakna ditengah pandemi corona.

Related Posts

6 komentar

Posting Komentar