Pendidikan Buya Hamka, Karir, dan Pelajaran Hidup Darinya

2 komentar
pendidikan buya hamka

Sebenarnya apa saja pendidikan Buya Hamka sehingga ia menjadi sosok yang serba bisa dalam banyak bidang? Ia dikenal sebagai seorang ulama, penulis, politikus, dan juga seorang pengajar.

Setelah menonton film Buya Hamka yang diperankan Vino G. Bastian, makin penasaran saja dengan sosok ulama karismatik ini, termasuk pendidikan Buya Hamka selama ia hidup yang membuatnya menjadi sosok yang dikenang sampai sekarang.

Pendidikan Buya Hamka dari Formal, Informal, Sampai Otodidak

Menambah ilmu penting, tetapi yang lebih penting menuntun kekuatan pikiran menurut jalan yang betul
~Buya Hamka dalam buku Lembaga Hidup

Beberapa waktu lalu berkesempatan menonton film Buya Hamka Volume 2 bersama sang istri. Di bagian kedua ini cerita berfokus tentang tentang perjalanan hidup Buya Hamka dan istrinya Siti Raham yang diperankan Laudya Cynthia Bella. Biopic ini memang sangat kental dengan kehidupan Buya Hamka yang sarat dengan ilmu, kecerdasan, dan kharismanya dalam berbagai bidang.

Setelah menontonnya jadi penasaran dengan latar belakang pendidikan Buya Hamka. Apa saja tahapan pendidikan yang dikenyam oleh ulama yang memiliki nama lengkap Abdul Malik Karim Amrullah ini? Mungkin teman-teman juga penasaran. So, let,s read and discuss about it!

Diintisarikan dari tokohindonesia.com, berikut tahapan pendidikan Buya Hamka

1. Sekolah Dasar Maninjau

Buya Hamka pertama kali bersekolah di Sekolah Dasar Maninjau. Ia hanya sekolah sampai usianya menginjak 10 tahun. Semenjak kecil ia sangat suka dengan Bahasa Arab. Maka, selain di sekolah ia juga belajar di surau-surau kepada para ulama pada masa itu seperti Syekh Ibrahim Musa dan Sultan Mansur.

2. Pondok Pesantren Sumatera Thawalib

Setelah hanya bersekolah di Sekolah Dasar Maninjau sampai usianya 10 tahun, Buya Hamka kecil melanjutkan pendidikannya di sekolah agama atau pondok pesantren Sumatera Thawalib pada tahun 1918. Pesantren ini adalah milik ayahnya sendiri, Dr. H. Abdul Karim Amrullah atau juga dikenal dengan nama Haji Rasul.

Selama ia mengenyam pendidikan di pesantren orang tuanya ini, Buya Hamka semakin tertarik kepada dunia dakwah karena sering ia melihat sang ayah yang sangat giat dalam berdakwah, menyebarkan paham dan keyakinannya.

3. Belajar Politik dan Pergerakan Islam Modern

Buya Hamka belajar di Pondok Pesantren Sumatera Thawalib lebih kurang selama 6 tahun. Setelah usianya 16 tahun ia berpindah ke Yogyakarta untuk meneruskan belajarnya pada tahun 1924.

Kehausan Buya Hamka terhadap ilmu pengetahuan di masa remajanya tersalurkan ketika ia belajar tentang pergerakan Islam Modern di Yogyakarta kepada Haji Omar Said Tjokroaminoto, R.M Soerjopranoto, Ki Bagus Hadikusumo, dan H. Fakhrudin. Dari belajarnya ini Buya Hamka akhirnya mengenal juga dunia perpolitikan dengan juga belajar pergerakan politik Islam secara langsung seperti Syarikat Islam Hindia Timur dan Gerakan Sosial Muhammadiyah.

4. Belajar Berbagai Bidang Ilmu: Filsafat, Sastra, Sejarah, Sosial dan Politik

Buya Hamka adalah pribadi yang suka membaca. Ia banyak membaca dan mempelajari secara otodidak buku-buku filsafat, sastra, sejarah, sosial, sampai politik. 

Ketertarikannya belajar terhadap berbagai disiplin ilmu dan menjadi ahli di bidangnya sampai membuatnya disejajarkan oleh seorang akademisi dan profesor, John Esposito dalam buku Oxford History of Islam bersama Muhammad Iqbal dan Muhammad Asad.

Karier Buya Hamka yang Berkorelasi dengan Pendidikan yang Ditempuh

Setelah 3 tahun belajar di Yogyakarta, Buya Hamka mulai berkarir untuk mengamalkan setiap ilmu yang miliki agar menjadi bermanfaat untuk khalayak ramai. Kariernya banyak berkorelasi dengan pendidikan yang ia tempuh mulai dari sekolah dasar, pondok pesantren, dan juga pendidikan politik dan pergerakan Islam modern yang telah ia tempuh.

Segala pekerjaan tidak ada yang rendah dan hina. Hinanya pekerjaan atau mata pencaharian ialah lantaran hinanya perangai ketika mengerjakannya

Buya Hamka dalam buku Falsafah Hidup

Berikut karier Buya Hamka yang berkorelasi dengan latar belakang pendidikannya:

  1. Anggota Partai Syarikat Islam pada tahun 1925
  2. Guru Agama di Perkebunan Tebingtinggi, Medan pada tahun 1927 sampai tahun 1928
  3. Pengurus organisasi Muhammadiyah pada tahun 1928 sampai dengan 1953
  4. Editor majalah Pedoman Masyarakat dan Gema islam pada tahun 1928 sampai 1932
  5. Guru Agama di padang pada tahun 1929
  6. Mendirikan Madrasah Mubalighin pada tahun 1929
  7. Wartawan berbagai surat kabar, seperti Pelita Andalas, Seruan Islam,  
  8. Mulai menulis buku dari tahun 1945, buku-buku karyanya seperti Khatibul Ummah, Revolusi Pikiran, Revolusi Agama, masih banyak lagi. Untuk novel karangannya, masyarakat banyak yang sudah mengenal seperti Di Bawah Lindungan Ka'bah, juga karya fenomenal lainnya adalah Tafsir Al-Azhar.
  9. Anggota Konstituante Majelis Syuro Muslimin Indonesia atau Masyumi pada tahun 1955
  10. Dosen Universitas Islam dan Universitas Muhammadiyah pada tahun 1957
  11. Mendirikan majalah bulanan Panji Masyarakat pada tahun 1959 
  12. Guru Besar Universitas Moestopo dan Universitas Islam Indonesia pada rentang tahun 1972 sampai 1978
  13. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tahun 1977

Buya Hamka menjabat ketua MUI sampai tahun 1981. Di tahun yang sama Buya Hamka meninggal dunia, tepatnya pada tanggal 24 Juli 1981, bertepatan dengan hari Jumat di bulan Ramadan.

Kematian itu datang tidaklah pula secepat kilat, tetapi berangsur-angsur, adakalanya seperti lampu dinding yang kehabisan minyak
~Buya Hamka dalam buku Falsafah Hidup

Hikmah dari Kehidupan Buya Hamka

Setelah menonton film Buya Hamka dan juga mengenal riwayat pendidikan Buya Hamka sampai riwayat pendidikannya, banyak pelajaran dan hikmah hidup yang bisa kita ambil darinya. Ia adalah sosok yang tegas, berani mengkritisi pemerintah ketika dianggapnya sudah melenceng, dan juga sosok yang menggambarkan insan pembelajar dalam sepanjang hayatnya.

Tegas dalam Mengkritisi

Ketegasan dalam hidupnya untuk mengkritisi pemerintah berakibat ia di penjara pada masa orde lama. Padahal Presiden Soekarno adalah salah satu sahabatnya, tetapi karena ia berbeda pandangan politik, akhirnya harus menerima konsekuensi dijebloskan ke dalam tahanan.

2 tahun ia diganjar penjara akibat dari kritisnya Buya Hamka terhadap keputusan-keputusan politik pemerintah yang dianggap sudah tidak sesuai dengan cita-cita kemerdekaan. Masa tahanan lama itu tidak pernah mengubah sikapnya, ia tetap sosok yang karismatik dan tajam mengkritisi jika ada hal-hal yang ia anggap sudah melenceng.

Kemunduran negara tidak akan terjadi kalau tidak ada kemunduran budi dan kekusutan jiwa," - Buya Hamka

Tidak Kenal Menyerah

Di dalam rumah tahanan dengan segala siksaan yang ia terima karena dianggap pro Malaysia, Buya Hamka meneruskan tulisannya tentang tafsir Quran. Sampai akhirnya ketika ia keluar dari penjara, lahirlah karya fenomenal Tafsir Al-Azhar. Dari momen ini kita bisa lihat bahwa Buya Hamka adalah sosok yang tak kenal menyerah, penjara tak membuatnya putus harapan, ia terus mengembangkan dunia literasi dengan terus menulis secara konsisten sampai akhirnya menjadi sebuah buku tafsir yang banyak dijadikan rujukan dalam mempelajari Islam.

Insan Pembelajar Sepanjang Hayat

Pendidikan Buya Hamka adalah gambaran pendidikan yang memiliki keberkahan dan kemanfaatan karena ia mampu mengamalkan apa-apa yang telah ia pelajari baik secara formal, non formal, sampai belajar secara otodidak.  

Ketika ia di penjara, Buya Hamka pernah meminta dikirimkan buku bacaan. Ia terus belajar dan terus membaca bahkan ketika ia berada di dalam tahanan. Kehausannya terhadap ilmu tak pernah berhenti sekalipun ia terkurung sebagai seorang tahanan.

Semoga kita sebagai generasi saat ini bisa belajar dari kehidupan dan sejarah pendidikan Buya Hamka dan selanjutnya mengambil hikmah untuk menjadi pribadi yang baik dalam kehidupan dan menjadi insan pembelajar sepanjang hayat, menjadi harapan dalam pendidikan Indonesia sebagaimana yang dicontohkan oleh Buya Hamka.

Related Posts

2 komentar

  1. Buya Hamka memang tokoh panutan dalam dunia pendidikan, pemikirannya dan gagasannya juga menjadi inspirasi bagi semua orang. Oh ya ada typo sedikit itu pak pemeran film Buya Hamka itu Vino G. Bastian :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh Iya, terima kasih Mas Arif untuk koreksinya.
      Setuju sekali dengan sosok Buya Hamka yang memang sangat layak dijadikan panutan dalam segala keilmuannya

      Hapus

Posting Komentar