Buku Perjuangan Para Guru di Masa Pandemi Covid-19

9 komentar

 Guru madrasah: bagja dan berkah

Adalah saya Noviyani, salah satu orang yang kebingungan itu. Kembali mendapat amanat sebagai wali kelas di tahun pelajaran baru. Didera tanda tanya besar, bagaimana saya bisa membimbing mereka, sedang tatap muka saja tak bisa. Jika sebagai guru IPA saya tidak terlalu kesulitan mengajar, lain halnya dengan mendidik anak. Jelas tak bisa dilakukan dengan jarak jauh.
Noviyani dalam Guru Madrasah Bagja dan Berkah Jilid 2: Merangkai Kisah Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19 halaman 179-180

Demikian curahan hati Noviyani yang mempunyai nama pena Vie ini ketika dihadapkan pada kenyataan bahwa tahun ajaran baru 2020/2021 yang dimulai pada bulan Juli 2020 harus dilaksanakan tanpa tatap muka, diganti dengan pembelajaran virtual. Ia yang berprofesi sebagai guru di sebuah madrasah tsanawiyah mewakili bagaimana gundahnya para guru yang harus mempersiapkan diri dengan pembelajaran sistem baru, on line.

Review Buku Guru Madrasah Bagja dan Berkah Jilid 2: Merangkai Kisah Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19

Noviyani beserta 27 Guru Penulis kabupaten Sukabumi untuk kedua kalinya membuat antologi yang diberi judul Guru Madrasah Bagja dan Berkah Jilid 2. Buku yang diluncurkan bertepatan dengan hari Amal Bakti Kementerian Agama ini pada 4 Januari 2021 ini diberi sub judul Merangkai Kisah Pembelajaran Jarak Jauh di Massa Pandemi Covid-19 karena memang tema yang diusung pada buku ini adalah tema pendidikan di masa pandemi covid-19.

Buku ini bisa menjadi jawaban atas beberapa tudingan tak berdasar beberapa oknum masyarakat yang menganggap bahwa guru hanya memakan gaji buta selama masa pandemi covid-19. Dengan 28 judul artikel dari para guru ini kita bisa memahami bagaimana mereka mencari alternatif pembelajaran on line supaya menarik minat para pelajar agar tetap konsentrasi walaupun hanya di belakang layar gawai.

Selain sebagai guru, Noviyani yang aktif sebagai anggota ODOP Batch 8 menjadi koordinator dan editor pada buku yang diterbitkan oleh Haura Publishing Sukabumi ini. Penunjukannya oleh JFU Pengembang Kurikulum Seksi Pendidikan Madrasah sebagai koordinator antologi ini tidak serta merta begitu saja, ini karena rekam jejaknya sebagai pemenang pertama event serupa pada tahun sebelumnya.

Untuk ilustrasi halaman muka, buku ini juga dilakukan oleh salah satu anggota guru penulis, Dian Kartika Sari atau yang lebih dikenal dengan nama pena Dian KS. Dengan tema klasik, ilustrasi hand made ini akan mengingatkan kita pada masa 90-an dengan gambaran seorang guru bersepeda ontel dengan seragam safarinya yang siap berangkat mengajar.

Buku antologi ini tidak hanya cocok menjadi referensi bagi para guru untuk mengetahui apa saja metode pembelajaran yang dapat digunakan sebagai alternatif selama masa pandemi covid-19, tetapi juga untuk seluruh pemerhati pendidikan di negeri kita bahwa para guru tetap bekerja walau pada masa karantina di rumah saja. Buku ini bisa jadi mewakili perjuangan para guru dalam menyajikan pengajaran agar dapat tersampaikan dengan maksimal kepada para murid di masa pandemi.

Data Buku

Judul Buku : Guru Madrasah Bagja dan berkah jilid 2 Merangkai Kisah Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19
Penulis : Noviyani dan Guru Penulis Kabupaten Sukabumi
Penerbit : Haura Publishing
ISBN : 978-623-320-039-4
Cetakan Pertama : Desember 2020
Tebal : 185 Halaman

Notes:
Tulisan ini telah dimuat di ngodop.com edisi bulan April 2021

Related Posts

9 komentar

  1. Bukunya inspiratif ya mas, berisi perjuangan para guru selama Pandemi, tentunya gak mudah tapi salut dengan semangat para guru agar anak didiknya tetap mendapatkan pendidikan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tak mudah memang mengajar di saat pandemi, tapi semua tetap dilakukan dan bertahan demi kewajiban mencerdaskan anak bangsa

      Hapus
  2. Wah akubselalu kagum dengan profesi guru Mas Yonal, ya karena bapakku pensiunan guru STM sudah 3 tahun ini. Dulupun aku adavcita cita jadi guru tapi belum kesampaian soalnya ndaftar pgsd tidak diterima hiks..

    semoga di masa pandemi sekarang tugas yang diemban guru seIndonesia dapat dipermudah ya. Soalnya memang susah sih kalau membimbing dan mendidik jarak jauh, terlebih ada sindiran masyarakat yang asal bilang semua makan gaji buta, padahal banyak juga ya guru yang berdedikasi tinggi. Mudah mudahan segala hal yang menyokong aktivitas belajar mengajar bisa terpenuhi deh misalnya kecepatan internet dsb :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam takdim untuk ayahanda mbak Nita. Walaupun tidak menjadi guru secara formal, Mbak Nita bisa jadi guru untuk anak-anaknya kelak, amin.

      Terima kasih untuk support, doa, dan dukungan untuk para guru. Semoga pendidikan Indonesia menjadi lebih baik, dan semoga bisa kembali belajar tatap muka. amin

      Hapus
  3. Orangtua saya dua-duanya guru, dan karena saya juga kebetulan bisa WFH jadi balik dulu ke rumah, jadi bisa ngeliat kalau mereka ga gabut. Mereka sama khawatir dan bingungnya kayak orangtua murid soal gimana biar pembelajaran tetap optimal ke anak didik.
    Saya biasanya bantu kalau soal teknis2 teknologi/internet yg ga dimengerti.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam takdim untuk kedua orang tua kang Arif.
      Alhamdulillah, ada yang membantu masalah teknologinya untuk persiapan belajar on line nya ya.

      Hapus
  4. Saat pandemi, semakin diigatkan pentingnya kehadiran guru dan sekolah. Bahwa selama ini menerima kehadiran guru seolah taken as granted saja, merasa memang sudah seharusnya/senormalnya bahwa orang tua bekerja, mendidik anak saat di rumah, namun selebihnya mempercayakan kepada guru.

    rasanya seperti 'sesak napas' ketika semua kegiatan seluruh anggota keluarga terpusat di rumah.

    Salut buat semua guru yang sudah menjaga komitmen, dengan tantangan yang juga berlipat-lipat selama pandemi.

    nice share :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih supportnya Mbak Sica untuk para guru yang terus berikhtiar untuk mencerdaskan anak bangsa di tengah tantangan tak mudah di saat pandemi seperti ini

      Hapus
  5. Memang pandemi ini berat sekaligus menantang. Membaca sedikit cuplikan dari Bu Noviani selaku penulis buku membuat mata kita makin terbuka. Terima kasih reviewnya. Sangat menarik.

    BalasHapus

Posting Komentar