Ramadhan
adalah bulan kesabaran, sabar dalam segala aspek, terlebih di tengah wabah
pandemi corona seperti ini. Setiap individu di uji level kesabarannya oleh
Allah dengan ragam cobaan, yang harus kita yakini adalah setiap ujian kesabaran
yang menimpa kita, Allah berikan untuk menguji seberapa kuat keimanan kita
terhadap-Nya.
Ujian kecil
yang Allah berikan kepada keluarga kami adalah mengajarkan shaum Ramadhan
kepada sang putra sulung, tekadnya untuk belajar menunaikan shaum sangat
luar biasa, namun adaptasi dengan shaum yang merubah pola kesehariannya kadang
membuatnya uring-uringan; bertahan dengan rasa lapar, menahan lelahnya
taraweh dan susahnya bangun sahur.
Bangun sahur
adalah poin yang juga tak kalah dramatisir, walau tidak terjadi setiap hari. Adakalanya
membangunkan anak yang berumur tujuh tahun itu lancar, namun acapkali sering
dengan penuh perjuangan. Merubah pola tidur dan bangun memang tak semudah membalikan
tangan untuk anak yang sedang belajar shaum.
Bagaimana cara
mengatasi susahnya membangunkan sang pangeran yang sedang terlelap?.
Bawa saja
langsung, rangkul dan gendong ke tempat makan setelah proses membangunkan
secara verbal tak mempan. Hasilnya, harum masakan sang permaisuri rumah tangga
membuatnya sedikit membuka mata, mengumpulkan kesadaran akan posisinya yang
sedang duduk di meja makan.
Anak saya yg udh 10 tahun aja belum hideng pa
BalasHapusmasih sama-sam belajar ya bu
HapusBener Pak untuk pembelajaran juga bagi putranya tuk bisa melawan kantuk sehingga hrs sahur...salut dg raja dn permaisurinys
BalasHapusterima kasih mbak ita :)
BalasHapusPerjuangan ya membangunkan sahur itu
BalasHapusleres pisan bu haji... :)
Hapus