Mencetak santri entrepreneur jelas sebuah cita-cita mulia karena suatu saat santri akan terjun di masyarakat setelah lulus dari pesantren dan mengamalkan ilmu-ilmu yang dimilikinya, baik ilmu agama maupun umum, termasuk kemampuannya dalam mengelola usaha.
Cita-cita mulia memberdayakan santri dalam hal pengembangan kemampuan usahanya ini tidak hanya menjadi sebuah wacana belaka. Di tangan Rizki Hamdani gagasan tersebut menjadi setiap langkah nyata yang ia wujudkan untuk menjadikan para santri santri yang siap guna dan siap terjun di masyarakat dengan setiap potensi yang dimilikinya.
Langkah yang ditempuh Rizki Hamdani dalam pemberdayaan santri dimulai dengan membuat kelompok Santri Tani Milenial di Jombang. Ia mengajarkan para santri bertani, beternak, dan membudidayakan ikan serta mengedukasi mereka bahwa dunia pertanian dan peternakan akan sangat berpotensi luar biasa secara finansial jika dikelola dengan baik dan benar.
Siapa Rizki Hamdani?
Rizki Hamdani adalah sosok pemuda yang lahir di Jakarta pada 8 September 1986 yang kini setelah menikah menetap di Jombang. Ia adalah seorang peternak sukses dan memiliki hati mulia karena ingin berbagi tentang bagaimana ia bisa sampai pada titik kesuksesan tersebut.
Rizki Hamdani yang menjadi suami dari Silvia Nur Rohmah ini pada suatu kesempatan mendengar kabar bahwa ada pesantren di Jombang yang pengasuh pondok pesantrennya menginginkan para santri yang berada di sana memiliki skill usaha sehingga bisa menjadi santri entrepreneur atau disingkat santripreneur.
sumber: https://www.fathululum.or.id/
Setelah Rizki Hamdan menelisik kabar pesantren yang sedang merintis pengembangan santripreneur ini ternyata nama pesantrennya adalah Fathul Ulum yang diasuh oleh K.H. Habibul Amin atau juga dikenal dengan sebutan Gus Amin. Selanjutnya Mas Rizki datang bersilaturahmi ke pesantren Fathul Ulum untuk bertemu dengan pengurus pesantren dan menanyakan perihal rintisan santripreneur yang sedang mereka gagas, siapa tahu berjodoh untuk bersinergi dengan ide-ide yang ada di kepalanya.
Perjalanan Rizki Hamdani dalam Mencetak Santri Entrepreneur
Gayung bersambut. Silaturahmi Rizki Hamdan diterima dengan hangat dan tangan terbuka oleh pengurus pondok pesantren Fathul Ulum. Ide dan gagasan mulia dari Rizki Hamdan bertemu dengan rintisan santripreneur di pesantren Fathul Ulum sehingga pada akhirnya dua belah pihak merasa cocok dengan saling melengkapi dan bersepakat untuk bekerja sama dalam memajukan pesantren.
Saya bertemu Kiai Amin pertama kali, ya, di pondok. Ternyata kita saling cocok dan alhamdulillah pada tahun 2019 saya diberi amanah untuk mengembangkan santripreneur dan sociopreneur itu. ~Rizki Hamdani
Diskusi belum selesai. Rizki Hamdan terus berkomunikasi dengan pengurus pesantren tentang langkah konkrit apa selanjutnya yang bisa diambil dalam pemberdayaan santri ini. Akhirnya setelah berdiskusi, disepakatilah untuk membuat kelompok tani atau Poktan dengan nama Kelompok Santri Tani Milenial (KSTM) sebagai wadah untuk melatih para santri dalam hal manajemen pertanian, peternakan, dan perikanan.
Rizki sangat antusias dengan kerjasama bersama Pesantren Fathul Ulum ini. Ia percaya bahwa langkahnya untuk menghapus stigma di kalangan banyak anak muda bahwa pertanian dan peternakan tidak bisa diharapkan sebagai mata pencaharian bisa tercapai melalui sinergi dengan para santri di Pesantren Fathul Ulum Jombang.
Mengenal Lebih Dekat Kelompok Santri Tani Milenial
Pesantren Fathul Ulum benar-benar serius dalam bersinergi dengan Rizki Hamdan untuk mencetak santripreneur dalam bidang pertanian, petenakan, dan perikanan. Ini terbukti dengan ikhtiar mereka memfasilitasi apa-apa yang dibutuhkan dalam proses pengembangan Kelompok Tani Santri Milenial ini.
Walaupun Pesantren Fathul Ulum tak memiliki lembaga pendidikan formal, tetapi para pengurus pesantren di sana berkeinginan dan berkeyakinan para santri bisa memiliki skill entrepreneur yang bisa menjadi salah satu modal ketika mereka lulus kelak dari pesantren.
Untuk bidang pertanian, santri di pesantren Fathul Ulum diajarkan budidaya padi, sorgum, lemon, durian, dan klengkeng. Kemudian untuk bidang peternakan ada sapi, kambing, ayam, dan bebek yang dijadikan objek ternak yang dikembangkan. Terakhir ada budidaya lele sebagai bagian dari pengembangan bidang perikanan.
Dari sekian budidaya, ada yang unik, yaitu dalam budidaya sorgum, karena tanaman ini belum terlalu familiar di Indonesia. Sorgum sendiri adalah tanaman serealia dari Afrika Timur. Tanaman ini bis menjadi sumber pangan alternatif selain beras dan gandum. Kelebihannya sorgum ini cukup tahan akan kekeringan, memiliki nutrisi yang bagus, dan juga bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti untuk pakan ternak dan juga bahan dasar bioetanol.
Walaupun baru dikembangkan, ternyata sorgum ini memiliki pasar yang potensial dengan banyaknya kegunaan sorgum. Terbukti dengan terus naiknya pendapatan kelompok tani binaan Rizki Hamdan sampai 60 juta setiap bulannya. Langkah Rizki Hamdan dalam mengembangkan tanaman sorgum ini mendapat dukungan dan apresiasi dari Kementerian Pertanian dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Brantas dalam memberdayakan para pemuda untuk menjadi petani milenial.
Selanjutnya untuk meningkatkan kualitas dan quantitas hasil pertanian, Rizki Hamdan membuat sistem pertanian terpadu atau integrated farming system (IF) di KSTN ini. Sistem ini adalah proses memadukan antara pertanian, peternakan, dan perikanan agar bisa bersinergi satu sama lain.
Contohnya limbah air kolam lele disalurkan sebagai pupuk tanaman. Kalau sekarang kita sedang mengembangkan sekaligus uji coba batang pohon sorgum untuk pakan ternak. Karena kita memang punya binaan yang mengembangkan sorgum. ~Rizki Hamdani
Perlahan tapi pasti perkembangan Kelompok Santri Tani Milenial di pesantren Fathul Ulum Jombang hari demi hari menampakkan keberhasilan yang signifikan. Tentu ini menjadi angin segar bahwa sinergi Mas Rizki dan pesantren Fathul Ulum dalam menciptakan santri entrepreneur memperlihatkan indikasi keberhasilan.
Tapi Mas Rizki tidak cepat berpuas diri. Ia ingin program santripreneur ini juga bisa dirasakan oleh pesantren-pesantren lainnya di Jombang, terutama pesantren tradisional yang masih kecil dan belum mempunyai akses akan informasi integrasi pertanian, peternakan, dan perikanan.
Kami utamakan pesantren kecil agar bisa bersama-sama membangun kemandirian. Selain pesantren, kami juga mengajak alumni pesantren bergabung di KSTM ini, dan sekarang totalnya sekitar 40 KSTM yang sudah ada. Setiap KSTM beranggotakan 15 hingga 20 orang. ~Rizki Hamdani
Buah Manis dari Perjuangan Rizki Hamdan dalam Memberdayakan Kelompok Santri Tani Milenial
Dengan keberhasilan Rizki Hamdan di pesantren Fathul Ulum Jombang dalam memberdayakan Kelompok Santri Tani Milenial, semakin banyak pesantren lainnya yang ingin bergabung dengan KSTN dalam perkembangannya. Maka di akhir tahun 2020 setidaknya sudah ada 40 KSTN dan di setiap kelompoknya berisi 15 sampai 20 santri atau alumni santri dari berbagai pesantren di Jombang.
Nama Rizki Hamdan semakin dikenal di dunia pesantren atas gagasan integrated farming system yang ia jalankan di Kelompok Santri Tani Milenial binaannya. Namanya juga semakin bersinar setelah beberapa lembaga mengapresiasi usaha maksimalnya dalam melahirkan santri entrepreneur.
Beberapa penghargaan yang berhubungan dengan gagasan Rizki Hamdan dalam membentuk santripreneur di pesantren antara lain:
- Tahun 2018 Pesantren Fathul Ulum binaan Rizki Hamdan masuk dalam jajaran program Desa Sejahtera Astra
- Tahun 2019 Pesantren Fathul Ulum meraih juara dalam KBANNOVATION 2019 dengan tema Inovasi Kita, Inspirasi Negeri
- Tahun 2020 Rizki Hamdan dianugerahi SATU Indonesia Award dari Astra dalam bidang lingkungan sebagai penggagas Kelompok Santri Milenial (KSTN)
Banyaknya penghargaan atas usaha maksimal Rizki Hamdan di Kelompok Santri Tani Milenial semakin memotivasinya untuk terus berbuat lebih baik lagi. Salah satu gebrakannya adalah dalam membuat legalitas kelompok tani yang ia gagas dengan mendaftarkannya melalui akte notaris.
Rizki juga terus memupuk rasa optimisnya bahwa KSTN yang ia gagas akan terus berkembang dan manfaatnya banyak dirasakan oleh banyak pesantren dan para santri sehingga ketika mereka lulus dari pesantren akan terbentuklah santripreneur di bidang pertanian. Lebih dari itu ia juga berharap potensi Jombang dalam bidang pertanian akan semakin meningkat dengan turut andilnya para alumni santri dari pesantren dalam bidang agrikultur.





Posting Komentar
Posting Komentar