Engkau
sedikit berbeda, kini parasmu semakin cantik penuh polesan. Namun kau tak
meninggalkan identitas aslimu, tetap mempesona dengan rayuan kelapa-kelapa
muda. Aku tak salah datang padamu, walau harus mempertaruhkan segalanya,
termasuk ragaku. Karena hakikatnya aku belum terlepas sepenuhnya dari terungku makhluk
mikroskopis itu.
Dan aku sedikit
kaget, ternyata bukan diriku saja yang nekat mendatangimu atas nama rindu.
Puluhan orang atau bahkan ratusan, penuh sesak mengagumimu. Ternyata waktu
telah telah membuat orang-orang bosan, hingga rela menikmati akhir pekan dalam
kenisbian.
Semoga saja Tuhan
melindungi aku, kamu dan semuanya. karena mendatangimu bukan hanya untuk
kepuasan nafsu belaka, tapi mengagumi bagaimana Maha hebatnya Penciptamu yang
membuat dirimu lebih digdaya dibanding
tanah tempatku berpijak.
Semoga suatu
saat, rasa was-was tak menyertai kedatanganku lagi. Walau rasa pesimis
terkadang menghantui, karena korban pandemi ini tak pernah benar-benar
berhenti.
Ah, satu yang
kuingat tentang cerita-cerita yang kau
ujarkan, tentang sang ratu yang selalu disampingmu. Aura mistismu terpancar
ketika kau menyebut namanya, rona birumu seakan berubah menjadi zamrut
berkilauan, bersama kisah cinta yang terhianati, kehidupan abadi, dan dendam
yang tak berakhir.
Dari legenda
masyhurmu, akupun belajar bagaimana mengasihi. Aku dengan belahan jiwaku tak
seindah dongeng cinderela, namun berusaha semampuku bagaimana memperlakukannya
dalam derajat yang setara. Ketika jumawa laksana seorang raja menghampiri, aku
ingat ada kerendahan hati sang permaisuri.
Ketika senja
memaksaku kembali, aku pulang dengan sebuah senyuman, karena aku membawa
kepuasan dengan segala cengkramamu tentang sepoi angin, buih ombak, dan palung
samudera kasih.
Terima kasih
untuk akhir pekan yang membuatku terkesan, dan aku meminta maaf atas nama
kaumku yang sungguh gila, mengotori tubuhmu sedemikian rupa hingga sampah berserakan dimana-mana.
Ini ceritanya tehtang mau maen ke pantai ya?
BalasHapusbukan uncle, tapi cerita sepulang perjalanan dari pantai :)
HapusPantai mana nih? Jadi pengen main juga😁
BalasHapusPelabuhan Ratu Sukabumi mas
Hapusmonggo ditunggu di pantai :)
'yesterday is history,tomorrow is mistery, and today is a gift'. ~kung fu panda
BalasHapusini slogan atau motto yg selalu kutulis dimanapun untuk menginspirasi anak muda untuk tidak menyerah ... mau ke Pantai Yuks berangkat .... 🤗🤗🤗🤗
mari berangkat.... :)
HapusMembaca artikel ini, aku jadi ingin main ke pantai. Sudah lama sekali, sejak entah aku juga sudah lupa
BalasHapusALhamdulillah new normal membawa kami ke pantai :)
Hapuskeren banget rangkaian-rangkain katanya, serasa lagi baca puisi😍
BalasHapusini tulisan senandika teh
HapusSaya pahamnya ini bukan seperti cerpen tapi rangkian diksi keren kak
BalasHapusPertahankan kak
iya, ini bukan cerpen, tapi senandika
HapusPengungkapan perasaan kekaguman dan rindu kepada pantainya cantik banget, kak, terpenjara karena pandemi kah? Hihii
BalasHapusbetul sekali kak.... :)
Hapusapapun yang dilakukan asal kau bahagia ... dimanapun tetap akan menjadi indah ... terinspirasi sekali ....
BalasHapusterima kasih kak
Hapus"Dan aku sedikit kaget, ternyata bukan diriku saja yang nekat mendatangimu atas nama rindu" #bestpart
BalasHapusSungguh puitis. Sepasang mata tak lagi bisa menggubris hal apapun di luar ini.
Indah.
terima kasih kak :)
Hapusuh pengen main deh pantai itu
BalasHapushayu kak kalau sudah new normal
Hapusinginku main ke pantai itu
BalasHapusWah. Saya jadi pengen ke pantai juga. Oh, ya, aKak. Ada beberapa kalimat yang harusnya dikasih titik malah dikasih koma. Salah satunya di paragraf pertama. Kata 'Namun' harusnya di awal kalimat/setelah titik dan memakai huruf kapital di awal kata.
BalasHapusSekian dari saya. Jika kurang berkenan, saya mohon maaf. Tetap semangat. Sukses selalu. 🙏😊
wah terima kasih banget kak masukannya, konstruktif, dan ilmu banget...
Hapusseneng banget dikasih masukan, salam wolak-walik.. :)
Ini makna pantai yang tersirat. Awalnya aku kira bunga desa gitu ternyata bukan. 😅. Diksinya menarik
BalasHapusterima kasih kak
HapusJadi kangen ke pantai juga :')
BalasHapusSemoga, segera terlaksana setelah covid ini mereda :')
aamiin ya robbal aalamiin
HapusWaaahh...kangen pantai juga setelah baca tulisan ini kak...
BalasHapus.
https://ceritabunda3plea.wordpress.com/2020/09/08/karena-anak-kita-adalah-peniru-sejati/
mari mantai bun ...
HapusWah sudah menikmati masa new normal ya pak, saya jga sdah hhhh
BalasHapusalhamdulillah kak syamsi :)
Hapusdisamping mikir pengen ke pantai ,disisi lain malah ikut kebayang sosok seorang perempuan wkwk bahasanya tu lo, bikin imajinasi kemana-mana
BalasHapuskebetulan kita ke pelabuhan ratu, jadi pasti identik dengan sosok 'perempuan' dalam senandikanya
HapusJadi ini kisahnya hasil dari mantai.
BalasHapusPantai itu paling mudah untuk dikunjungi bagi yang jaraknya dekat hehehhe
betul sekali kak...
HapusJangan lupa kunjungi pantai di Jogja, kak. Terus kita ketemu 😂
BalasHapussebelum covid ke jogya, sayang belum ke pantainya. semoga suatu saat nanti.. :)
HapusKeren banget, Kak. Kata"nya puitis banget. Walau sebenarnya aku awalnya g paham ini tentang apa sampe baca komentar.. Hehe..
BalasHapusterima kasih kak Aelvin
HapusKata-katanya bagus kakk, jadi pengen ke pantai juga hahah
BalasHapusterima kasih mbak Indah :)
Hapusbacanya bikin senyum-senyum sendiri. Benar-benar menggambarkan perasaan rindu yang akhirnya berujung temu :)) Kirain ke seseorang, ternyata sama pantai. Bisa banget deh idenyaa
BalasHapusterima kasih kak army :)
HapusJadi kangen pantai.. Karena latarnya di pantai hehehe
BalasHapusdan senandika nya memang tentang pantai... :)
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBagus kak kata-katanya, membuat aku jadi rindu untuk pergi wisata ke pantai. Tapi menurutku kata-katanya sedikit sulit untuk dipahami.
BalasHapuslagi belajar senandika kak
HapusMaasyaAllah jadi rindu pantai. Kapan ya diriku bisa bersua dengan pantai lagi.... hem, semoga segera. Bersama orang terkasih. May Allah Bless US Aamiin.
BalasHapusaamiin, semoga kembali normal kondisi alam kita
HapusKu semakin yakin, kang yonal sangatlah puitis😁
BalasHapusgegara belajar senandika di kelas sebelah teh wid
Hapusmaa syaa Allah aku sampai lupa kalau intinya itu main ke pandai waktu pandemi kwokwok saking cantiknya bahasanya :3 semangat kak
BalasHapusterima kasih kak aky, semangat
HapusMasyaallah puitis sekali. Maaf sedikit mengoreksi, itu ada kata "karena" yang tidak diawali dengan kapital, padahal pada awal kalimat. Semangat kak!
BalasHapuswah terima kasih banget mbak untuk koreksinya
HapusI apreciate it :)
Yaak, jadi pengen ke pantai juga seperti yang lain setelah baca ini.
BalasHapusyu mari mantai... :)
Hapuspengen main ke pantai jugaaa huhu, kata-katanya indah banget si kaak, sukaak
BalasHapusterima kasih mbak Anisa :)
HapusWaaaaoooow kereeeen.... Postingannya udah banyak banget. Ceritanya keren kak, kupikir lagi ceritain kekasihnya, ternyata pantai. Aku nggak akan komentarin redaksional penulisannya, karena aku nggak paham PUEBI. Semangat terus menulis.
BalasHapusterima kasih mbak Ratna
Hapusalways semangat
Pantai dan kenangan 😊
BalasHapusyup, that's right :)
HapusMbahas tentang pantai nyai blorong kah?
BalasHapusPelabuhan Ratu Sukabumi mas :)
Hapus