‘Cinta tak
selalu berarti menunggu dalam diam. Ada kalanya, dia yang memperjuangkanmu
merasa lelah, karena berjuang sendirian. Tak tahu juga dimana ujungnya akan
bermuara. Ia bilang terlalu lama. Bagaimana kalau ia menyerah?’ (halaman 163)
Demikian salah
satu kalimat dalam epilog ‘Stupid Rena’, sebuah pesan dari sang penulis,
Florensia Prihardini untuk memberikan sebuah umpan pada keputusan pembaca.
Novel setebal
165 halaman ini bercerita tentang sosok Rena dalam mengarungi dinamika keluarganya,
bahwa riak dan arus selalu ada, membuat nakhoda terhuyung dalam memimpin laju
kapal keluarga. Sampai pada akhirnya kata ‘perceraian’ tak bisa dielakan.
Selesai? Tentu
tidak, menyandang status janda, berarti episode kehidupan baru yang harus
dilalui dengan segala dinamikanya. Disinilah novel ini terus mengalir menceritakan
tokoh utama terus berjuang demi sang buah hati, kanara.
Buku yang
diterbitkan Caraka Publishing Tuban ini sangat layak dibaca oleh orang-orang
yang sedang menyiapkan diri untuk berkeluarga, untuk pasangan menikah atau para
orang tua, bahkan untuk para orang tua single parent yang sedang berjuang
membesarkan buah hati secara mandiri dan juga menunggu cinta baru dalam
kehidupan. Kenapa?. Karena buku ini tak hanya novel semata, tapi ada ilmu
parenting yang sadar tak sadar dapat kita petik, tentang bagaimana urgensi mempertahankan
keutuhan keluarga, bagaimana dampak sebuah perceraian pada anak, dan bagaimana
rasa dengan label ‘janda’ disandang.
👍
BalasHapushatur nuhun brother :)
HapusI want to read the book
BalasHapusboleh.. boleh
Hapus