Aku, kamu, atau
kita mungkin pernah di posisi itu. Ingin lari ke tepi pantai, sejurus kemudian
meneriakan segala penat yang ada di dada, atau menaiki gunung dan menikmati
lukisan alam, seraya berharap bisa menghapus runyamnya kehidupan.
Sekali-kali
kita bisa, menyusuri indahnya pantai dan atau menikmati sejuknya pegunungan. Namun
masalah hidup bukanlah untuk dihindari, karena jika kita kembali pada rutinitas
keseharian tanpa membawa alternatif solusi perbaikan, maka kita akan kembali
terjebak pada lingkaran setan.
Tiada lain,
kita harus berdamai dengan keadaan dengan menikmati apa yang sudah kita gapai
dalam kehidupan kita, bersyukur adalah salah satu cara ampuhnya. Bangku sekolah yang kita anggap membosankan, dirindukan
oleh banyak orang yang ingin berseragam sembari duduk khidmat di depan guru. Pekerjaan
yang kita anggap melelahkan, diinginkan oleh para pencari sumber kehidupan, dan
rumah yang mungkin kita anggap tak ada kehidupan, diharapkan oleh sebagian
orang di bedeng-bedeng, di kolong jembatan, atau mereka yang hanya beratap
luasnya langit malam.
Mari Kita merubah sekolah sebagai vitamin C manis yang tubuh kita butuhkan, mari kita bersugesti bahwa pergi bekerja layaknya pergi tamasya yang membahagiakan, dan mari kita ciptakan rumah kita sebagai surga kehidupan.
Maka ingatlah,
Ali bin Abi Thalib yang menjadi khalifah keempat pada tahun 656 sampai 661 masehi pernah berkata: ‘Apabila sesuatu yang kau senangi tidak
terjadi maka senangilah apa yang terjadi’.
Posting Komentar
Posting Komentar